Sunday, October 31, 2010

Layanan Studentsite Universitas Gunadarma


Student Site Universitas Gundarama

Fasilitas Studentsite adalah salah satu fasilitas yang disediakan oleh Universitas Gunadarma untuk memudahkan mahasiswa dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan perkuliahan di universitas gunadarma.
Layanan Layanan Studentsite
1.     Menu Layanan Studentsite
-         WWW News
-         BAAK News
-         Lecture Message
-         Rangkuman Nilai
-         Jadwal Kuliah
-         Jadwal Ujian
-         Bebas Perpustakaan
-         Surat Keterangan
-         Informasi Absensi
-         Pendaftaran Lomba Blog
-         Info Seminar (UG Fortofolio)
-         Tulisan (UG Fortofolio)
-         Tugas (UG Fortofolio)
-         Deposit Library
-         Warta Warga
-         Blog Komunitas Perbankan
-         Blog komunitas Linux
-         Blog Komunitas Fotografi
-         Blog Komunitas Robotika
-          Blog Komunitas Arsitektur
-         Blog Komunitas Ekonomi Syariah
-         Blog Komunitas Pasar Modal
Kelebihan Studentsite
-          Memudahkan mahasiswa mendapatkan informasi
-          Memudahkan mahasiswa melihat jadwal kuliah
-          Memudahkan mahasiswa melihat jadwal ujian
-          Memudahkan mahasiswa melihat hasil nilai
-          Memudahkan mahasiwa untuk melihat absensi
-          Dan masih banyak lagi
Kekurangan Studentsite
-          Karena banyaknya mahasiswa yang membuka menggunakan layanan ini, terkadang terjadi error dan tidak bisa dibuka sama sekali
-          Halamannya cukup berat saat pertama di buka
Untuk Selengkapnya bisa di lihat di  Studentsite

Penduduk Masyarakat Dan Kebudayaan Jawa


Penduduk Masyarakat Dan Kebudayaan Jawa
Suku bangsa jawa adalah suku bangsa indonesia yang paling banyak jumlahnya, menempati seluruh daerah jawa tengah,jawa timur,jawa barat. Mereka menggunakan bahasa jawa secara keseluruhan, hanya saja terdapat perbedaan dialek di daerah-daerah tertentu. Suku atau bangsa jawa termasuk suku bangsa yang telah maju kebudayaanya, seperti : Kebudayaan Hindu, Budha, Islam, dan Eropa. Keadaan ini terbukti dengan adanya peninggalan – peninggalan budaya berupa candi – candi yang megah dan indah.
Sebelum terjadi perubahan – perubahan, daerah Banyumas, Kedu, Jogjakarta, Surakarta, Madiun, malang, dan Kediri disebut daerah “Kejawen”, sedangkan di luar dareah itu dinamakan daerah “Pesisir dan Ujung Timur”. Daerah yang merupakan pusat kebudayaan Jawa ada dua daerah yaitu Jogjakarta dan Surakarta (bekas kerajaan Mataram yang terpecah pada tahun 1755). Daerah kejawen lainnya adalah di sebelah selatan Daerah Istimewa Yogyakarta yang masih mendukung kebudayaan jawa, mereka membentuk kesatuan hidup menetap di pedesaan.
1.      Sistem Bahasa
Bahasa Jawa pada garis besarnya dibedakan menjadi dua yaitu bahasa “Jawa Ngoko” dan bahasa “Jawa Krama”. Bahasa Jawa Ngoko dipakai oleh orang yang sudah lebih akrab dan terhadap orang yang lebih muda usianya atau lebih rendah status sosialnya. Bahasa Ngoko masih di bagi lagi menjadi dua bagian, yaitu “Ngoko Lugu” dan “Ngoko Andap”. Bahasa Ngoko Lugu adalah Ngoko biasa yang dipakai untuk berbicara terhadap orang – orang usianya sebaya atau status sosialnya sama. Sedangkan Ngoko Andap dipakai oleh orang – orang yang sudah dikenal secara akrab yang status sosialnya lebih tinggi.
      Selain bahasa Jawa Ngoko dan Krama masih ada lagi bahasa jawa yang lain yaitu bahasa “Jawa Madya”, yang merupakan kombinasi dari bahasa Jawa Ngoko dan Bahasa Jawa Krama. Bahasa Madya terbagi menjadi tiga bagian yaitu : Madya Ngoko, Madya antara, dan Madya Kromo.
(a)    Madya Ngoko, biasanya di pakai secara sederhana oleh orang – orang di pedesaan.
(b)   Madya Antara, dipakai untuk percakapan di kalangan orang priyayi (orang yang bekerja dikantor atau pemerintahan).
(c)    Madya Kromo, dipakai dalam pembicaraan dengan orang yang lebih tinggi status sosialnya.
Bahasa Jawa Krama yang telah disinggung di atas, dibagi – bagi lagi menjadi : Krama Inggil”,Krama Kedaton”, dan “Krama Desa”.
(a)    Krama Inggil, dipakai untuk menghadapi orang yang lebih tua atau orang yang status sosialnya lebih tinggi.
(b)   Krama Kedaton (Bagongan), bahasa yang harus digunakan di kalangan istana, diucapkan oleh abdi dalem terhadap raja dan keluarganya.
(c)    Krama Desa, adalah bahasa jawa yang di gunakan oleh masyarakat di desa – desa terhadap para pamong.
2.      Sistem Religi ( Kepercayaan )
Orang jawa mayoritas memluk agama Islam, selain itu sebagian memluk agama Nasrani, Hindu, Budha dan aliran Kejawen. Orang Jawa yang menganut Kejawen percaya bahwa hidup di dunia ini sudah di atur dalam alam semesta, sehingga mereka bersikap pasrah kepada takdir dan bersikap “Nrima” (pasrah). Orang jawa yang memeluk agama Islam dibedakan menjadi dua yaitu “Islam Santri” dan “Islam Kejawen”. Islam Santri, adalah orang jawa yang beragama Islam dengan menjalankan syariat Islam, seperti melakukan sholat, berpuasa, memberikan zakat dan ada keinginan untuk naik haji, pendek kata melaksanakan kewajiban – kewajiban menurut syariat – syariat Islam. Sedangkan Islam Kejawen (Islam abangan), adalah orang jawa yang beragama Islam, tetapi tidak patuh melaksanakan syariat – syariat Islam, misalnya tidak melakukan sholat, tidak berpuasa di bulan ramadhan dan tidak bercita – cita melaksanakan ibadah haji. Orang Islam Kejawen, meskipun tidak menjalankan sholat atau puasa serta tidak bercita – cita naik haji, mereka tetap percaya kepada ajaran islam
Disamping itu masyrakat jawa masih mempercayai hal – hal yang berbau gaib, yaitu kekuatan yang melebihi kekuatan lain yang di sebut “Kesakten” (Kesaktian). Selain itu juga mempercayai arwah leluhur dan mahluk halus, seperti : memedi, tuyul, lelembut dan jin. Menurut kepercyaan, mahluk – mahluk tersebut dapat mendatangkan sukses, kebahagiaan, keselamatan, tetapi sebaliknya juga dapat mendatangkan gangguan, kematian dan malapetaka. Agar terhindar dari gangguan mahluk halus, orang jawa harus prihatin, berpuasa, pantang melakukan perbuatan dan makanan tertentu, mengadakan selamatan, melakukan sesaji, bersemedi, mengurangi makan, atau pergi ke dukun untuk meminta pertolongan penangkalnya.
3.      Pakaian Adat
Pakaian adat suku jawa untuk pria Jawa Tengah adalah dengan penutup kepala yang di sebut “kuluk”, berbaju jas sikepan, korset, dan keris yang terselip di pinggang, memekai kain batik dengan pola dan corak yang sama dengan wanitanya.
Untuk wanitanya dengan memakai kebaya panjang bermotif batik dengan perhiasan subang, kalung, gelang, dan cincin serta dilengkapi dengan sanggul disebut “Bokor Mengkurep” diisi dengan daun pandan yang berbau harum.
Pria Yogyakarta memaki tutup kepala (blangkon), baju beskap dengan leher tertutup dan keris yang terselip di pinggang belakang, Wanitanya memaki kain batik dengan corak yang sama dengan pria dan dilengkapi perhiasan berupa anting – anting, kalung, gelang, dan cincin.
Sedangkan pakaian adat Jawa Timur, pria memakai tutup kepala (destar), baju lengan panjang tanpa kerah bermotif loreng, dengan celana panjang sebatas lutut dan memakai ikat pinggang besar serta memakai kain selendang yang tersampir di bahunya. Wanitanya memakai baju kebaya pendek, dengan kain sebatas lutut, memakai perhiasan kalung bersusun dan gelang kaki atau binggel.
4.      Sistem Kesenian
Masyarakat suku bangsa Jawa mempunyai berbagai bentuk kesenian yang mencakup :
a.      Seni Wayang, terdiri dari :
1). Wayang Purwa ( Wayang Kulit ) diambil dari cerita Mahabarata, yaitu cerita peperangan antara Pendawa dan Kurawa. Ramayana adalah cerita peperangan antara Prabu Rama yang dibantu Anoman melawan Rahwana. Lakon ini mengisahkan contoh kebaikan dan kemurkaan, yang berakhir bagi kemenangan pihak yang baik. Cerita mahabarata ini berasal dari india, tetapi ada pula lakon – lakon yang menunjukan kisah asli dari jawa misalnya :
- Srisandono, untuk upacara bersih desa. Dewi Sri sebagai pelindung padi dan sadono adalah saudaranya, upacara ini berlangsung setelah panen padi sebagai ungkapan rasa terimakasih kepada Dewi Sri sebagai pelindung padi yang memberikan hasil melimpah.
- Arjuna Wiwaha, menceritakan tentang perjalanan hidup raja Erlangga, yang di karang oleh Empu Kanwa. Cerita ini merupakan hasil kesusastraan Jawa asli yang disebut “Pakem”.
2) Wayang Orang / Wayang Wong
Pelaku cerira ini adalah orang – orang. Wayang orang ini tumbuh dari keraton, dipentaskan dengan lakon – lakon berdasarkan Pakem.
3) Wayang Gedok
Lakon diambi dari kerajaan Doho dan kediri, yaitu kisah seorang Panji yaitu putra seorang raja. Misalnya cerita Panji Semirang, Panji Pemecut.
4) Wayang Beber
Adalah wayang yang digambarkan dikelir dan dibeberkan, selanjutnya dalang menceritakan gambar – gambar tersebut.
5) Wayang Klitik
Yaitu wayang bentuknya kecil (klitik), yang menceritakan tentang jaman kerajaan Majapahit, mengisahkan peperangan antara Damarwulan dengan Minakjinggo ( raja dari Blambangan). untuk merebut ratu Kencana dari Wungu dari Majapahit.
6) Wayang Menak
Wayang menak dibuat dari kayu seperti boneka, menceritakan kepahlawanan Amir Hamzah ( Paman Nabi Muhammad s.a.w ), Marmoyo, dan Marmadi. Wayang Menak banyak mendapat pengaruh dari kebudayaan islam yang datang dari Persia.
7) Wayang Suluh
Wayang ini tidak berbentuk seperti wayang, berfungsi sebagai penyuluh atau penerangan di kalangan masyarakat.
Selain Wayang, masyarakat juga mengenal seni ketoprak dan sandiwara. Ketoprak nerupakan imbangan dari wayang orang yang ceritanya mengenai keadaan rakyat yang sesungguhnya atau mengenai kisah kerajaan. Ketoprak adalah drama tradisional jawa yang terkenal bagi masyarakkat jawa tengah, sedangkan di jawa timur dikenal dengan nama Ludruk.
5.      Rumah Adat Jawa
Ada berbagai bentuk rumah adat suku Jawa. Untuk menentukan tipe rumah, kita dapat amati wujud bangunan bagian atap rumah tersebut. Tipe rumah masyarakat suku Jawa antara lain :
1.      Tipe Rumah Limasan
2.      Tipe Rumah Srotongan
3.      Tipe Rumah Darakepek
4.      Tipe Rumah Klabang Nyader
5.      Tipe Rumah Joglo
6.      Tipe Rumah Sinom
7.      Tipe Rumah Tajuk
8.      Tipe Rumah Katug Ngambang
Dari berbagai tipe rumah suku jawa tersebut paling banyak dijumpai adalah tipe rumah Joglo, Limasan, dan Srotongan. Khusus rumah bentuk Joglo dimiliki oleh para Bangsawan atau Ningrat.


Referensi : Buku Antopologi terbitan PT.RAKADITU